Rabu, 31 Maret 2010

hasil pelatihan menulis fiksianak sastra

Di sebuah desa di pojok pelabuhan yang penuh akan hinaan dan cacian. Hiduplah seorang bocah bernama Oky, dia tumbuh dan besar bersama para gali-gali pasar yang sekujur tubuhnya penuh tatto dan luka akibat berkelut dan berkelahi dengan ganasnya dunia. Tapi, Oky berbeda dengan bocah dan teman sebayanya. Dia dianggap suci dan istimewa oleh masyarakat pelabuhan. Hal itu disebabkan pada saat bayi dia ditemukan oleh seorang nelayan yang sedang berlayar di tengah laut, dia ditemukan tergeletak di atas batu karang yang besar dengan tubuh dililit ular. Lalu oleh nelayan tersebut Oky diangkat sebagai anak.

Pada saat Oky dewasa, dia bercita-cita untuk menjadi seorang pemimpin dunia. Maka berangkatlah dia menuntut ilmu disebuah padepokan terkenal di puncak gunung Hwah Koh, gunung yang syarat akan bahaya dan malapetaka. Dalam perjalanan Oky mendapat banyak godaan dan rintangan dari berbagai makhluk aneh seperti naga kepala tujuh, harimau kepala ikan dan makhluk aneh lainnya. Oky adalah anak yang perkasa, bahaya semac am itu bukanlah hal sulit baginya. Namun, di puncak gunung dia mendapat rintangann yang belum pernah dia hadapi sebelumnya, “Wah itu semangka apa melon ya?” ujar Oky begitu melihat wanita cantik bermata sipit yang sedang menari telanjang didepannya.

........................................................................................................................................................................

Karakter Lewat Chatting

Untuk lebih mengenal karakter orang secara nyata memang tidak terlalu mudah. Apalagi jika kita mengenal karakter orang yang ingin atau mengenal kita lebih jauh lewat chatting. Memang tak sempat tak terpikir olehku, kenapa hingga saat ini aku benar-benar menyukai hal itu. Dan boleh dikatakan, hal tersebut adalah salah satu yang saat ini aku sukai selain membaca novel ataupun mendengarkan musik. Awalnya aku sama sekali tidak tertarik dalam dunia maya tersebut. Sebab aku pikir kenapa aku selalu menjalani hal semu, yang mungkin takkan pernah nyata terjadi. Tapi lama-kelamaan hal tersebut hilang oleh keingintahuanku yang lebih besar untuk masuk ke dalam dunia tersebut. Dari situlah, aku mulai bergelut dalam dunia maya. Dari sisi/pengamatan yang aku lihat mengenai chatting, kebanyakan orang yang berkecimpung dalam chatting ternyata manusia-manusia yang sedang mengalami keterpurukan dalam hidupnya, boleh dikatakan ada salah satu orang yang berkecimpung di situ karena hanya ingin memuaskan apa yang selama ini mereka merasa kurang, terutama hal yang berhubungan seks. Berbeda halnya denganku, yang masuk ke dalam lingkup ini bukan karena seks, tapi ingin mengenal teman yang aku belum tahu wujud dan dengan karakter yang berbeda.

................................................................................................................................................

Cerpen Dadakan

Siang itu tak terpikirkan olehku apa yang ingin aku lakukan. Hari yang membosankan bagiku, selesai kuliah tak ada sesuatu kegiatan yang menjadi planningku. Secara tak sengaja aku lewat depan ruangan, ternyata di ruang itu akan diadakan sebuah seminar. Tiba-tiba teringat dihari sebelumnya aku membaca sebuah pamflet akan diadakan Sarasehan Sastra. Rasa ingin tahuku datang. “Eh ta ikutan acara itu yuk?” ajakku pada Nita. Nita adalah teman satu rombelku. Dia pun mau, dan kita mengikuti acara sarasehan yang tak begitu lama, ya.... kira-kira 2 jam. Di akhir acara tak disangka ada kegiatan pembuatan cerpen dadakan. Wah, aku kaget, aku sama sekali belum pernah membuat tulisan, aku pun tak pernah punya keberanian diri untuk menulis, karena yang aku tahu dalam diriku, aku tak memiliki bakat itu. Tapi, aku teringat perkataan Bapak Mujiono A. Kadir bahwa setiap kata bisa dijadikan sesuatu yang indah, serta keindahan atau estetika itu bersifat obyektif. Aku pun berusaha untuk menuliskan apa yang ada dalam benakku saat ini, walaupun aku rasa cukup susah. “Hmm.... akhirnya jadi juga,” gumamku. Tulisan yang mungkin tak indah, tapi ini kali pertama aku menulis ceritaku.

....................................................................................................................................................

Sekolah mulai lengang, murid-murid mulai beranjak untuk kembali ke rumah masing-masing. Hanya beberapa murid saja yang masih terlihat dengan kesibukannya sendiri. Rhea duduk di bangku taman tepat di bawah pohon Akasia. Itu adalah tempat favoritnya untuk mengarang lagu sebelum dia pulang ke rumah.

“Hey...!” terdengar teriakan kecil seseorang sambil menepuk bahu Rhea. Sontak Rhea yang sedang melamun, kaget dibuatnya. Rhea membalas dengan pukulan halus di lengan orang tadi.

“Oh, kamu Ndre, belu pulang?”, tanya Andre kemudian.

Andre adalah sahabat dekat Rhea. Dia mulai mengenal Andre sejak duduk dibangku kelas 1 SMP.

Sambil tertawa kecil, Rhea menjawab, “Hehe.... iya nih...biasalah....”

Andre hanya tersenyum mendengar jawaban sahabatnya itu.

“Eh, nanti pulang sekolah anterin aku ke toko buku ya. Mau nyari referensi.”

Rhea mengerutkan dahi.

“Ah....itu loh. Aku mau nyari buku tentang photografi.”

“Oh, iya. Aku juga sekalian mau nyari buku. Biasalah buku musik.”ucap Rhea menyetujui ajakan sahabatnya.

“Oke deh. Aku laper. Mau ikut nggak?” Andre beranjak dari tempat duduknya.

“Duluan aja deh. Nanti aku nyusul”

*******************************

Sesampainya di toko buku, mereka mulai memilih buku yang mereka cari.

“Rhe, menurutmu buku ini bagus nggak?”

Sambil mengamati buku, Rhea pun memberi pendapat.

“Umm.... kayaknya bagus sih....beli aja. Nanti aku kan bisa pinjem di kamu.”

...................................................................................................................................................

Kinan, gadis yang beranjak dewasa diusianya yang baru 14 tahun. Gadis manja, periang dan selalu ramah kepada semua orang. Selama hidupnya orang tuanya selalu memberikan apapun yang dia butuhkan bahkan terkadang berlebihan sehingga dia tidak perlu meminta semua sudah tersedia. Harta yang melimpah, rumah mewah dan kedua baby sitternya itulah lingkup hidupnya selama ini.

Menginjak bangku SMP, Kinan mulai bergaul dan mempunyai banyak teman baru. Di sini ia baru merasakan bahwa selama ini hidupnya monoton dan itu-itu saja, semua ada tapi tanpa kehadiran orang tua yang jarang di rumah untuk menemaninya. Suatu ketika ia pulang sekolah, ia menemukan papa dan mamanya sedang bertengkar hebat. Itulah kali pertama Kinan melihat orang tuanya bertengkar. Dan sosok ayah yang selalu dikaguminya dihormatinya hilang menjadi sosok ayah yang menakutkan. Hingga hal itu berlanjut dari hari kehari.

Karena tidak betah tinggal di rumah, Kinan jadi sering kabur-kaburan. Sepulang sekolah ia tidak pernah pulang ke rumah. Tapi keluyuran entah kemana hanya untuk menghilangkan rasa penatnya. Hingga orang tua Kinan merasa khawatir setelah seminggu Kinan tidak pulang ke rumah.

Hingga akhirnya orang tuanya memutuskan untuk berpisah dan itulah yang pertama bagi Kinan ujian terberat dalam hidupnya.

Hidupnya jadi tak karuan, harta kemewahan yang selama 14 tahun ia rasakan hilang dan hidupnya mulai berubah 180˚.

1 komentar: